Fenomena tagar #KaburAjaDulu yang ramai di media sosial mencerminkan kekecewaan masyarakat, khususnya generasi muda Indonesia, terhadap kondisi ekonomi, sosial, dan keadilan di tanah air. Tagar ini menjadi simbol keinginan untuk mencari peluang hidup yang lebih baik di luar negeri, baik melalui pendidikan maupun pekerjaan.
Ya benar, Tagar ini menjadi simbol keinginan untuk “kabur” dari berbagai permasalahan, mulai dari kesulitan ekonomi, mahalnya biaya pendidikan, hingga kurangnya lapangan kerja yang layak.
Warga mengeluh bahwa kebijakan pemerintah lebih berpihak pada pemodal besar. Misalnya, izin tambang dan sawit yang mengabaikan lingkungan, atau insentif fiskal untuk industri yang tidak menyerap tenaga kerja lokal. Seorang warganet di X menulis: “Mending jadi TKI di Jepang, bisa kirim uang ke keluarga. Di sini lulus S1 kerja serabutan, gaji tak cukup bayar kos.”
Dampak Kebijakan Pemerintah terhadap Rakyat Kecil
Sejumlah kebijakan pemerintah belakangan ini dinilai kurang berpihak kepada masyarakat kecil. Misalnya, kebijakan ekonomi yang lebih mengutamakan sektor komoditas dibandingkan manufaktur telah berdampak pada penyusutan kelas menengah Indonesia. Data menunjukkan bahwa jumlah kelas menengah turun dari 21,5% pada 2019 menjadi 17,1% pada 2024
Penurunan ini disebabkan oleh kurangnya lapangan kerja formal dan investasi yang minim di sektor industri berpenghasilan tinggi.
Selain itu, kebijakan impor produk pertanian tanpa perlindungan memadai bagi petani lokal telah merugikan mereka. Masuknya produk impor dengan harga lebih murah membuat hasil panen petani dalam negeri kurang kompetitif di pasar
https://disbun.kaltimprov.go.id/artikel/kebijakan-pemerintah-dinilai-tidak-berpihak-kepada-petani
Masyarakat yang merasakan langsung dampak kebijakan tersebut mengungkapkan kekecewaannya melalui berbagai platform. Mereka menilai bahwa kebijakan yang ada belum mampu mewujudkan kesejahteraan yang merata dan adil. Kesenjangan ekonomi masih tinggi, dan akses terhadap pendidikan serta layanan kesehatan berkualitas masih terbatas bagi sebagian besar rakyat kecil.
Kita tidak bisa menyalahkan sepenuhnya keinginan generasi muda untuk mencari kehidupan yang lebih baik di luar negeri. Namun, fenomena ini juga menjadi tamparan keras bagi pemerintah dan seluruh elemen masyarakat. Kebijakan-kebijakan yang tidak berpihak pada rakyat kecil, ketidakadilan, dan kesenjangan sosial menjadi pemicu utama munculnya keputusasaan.
Renungan tentang Kepemimpinan yang Amanah
Kepemimpinan yang amanah dan bertanggung jawab adalah kunci dalam mewujudkan keadilan sosial. Pemimpin diharapkan mampu mendengar aspirasi rakyat, terutama mereka yang berada di lapisan bawah, dan membuat kebijakan yang benar-benar berpihak pada kepentingan masyarakat luas. Sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945, tujuan negara adalah memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Refleksi Diri Masyarakat
Selain mengkritik pemerintah, masyarakat juga perlu melakukan refleksi diri. Partisipasi aktif dalam proses demokrasi, seperti menggunakan hak pilih dengan bijak dan terlibat dalam diskusi publik, sangat penting. Selain itu, meningkatkan solidaritas sosial dan gotong royong dapat membantu mengatasi permasalahan bersama secara lebih efektif.
Untuk mengatasi permasalahan ini, diperlukan solusi yang komprehensif dari berbagai aspek:
- Peningkatan Kualitas Pendidikan: Pemerintah perlu berinvestasi lebih banyak dalam sektor pendidikan, baik dari segi infrastruktur maupun kualitas tenaga pengajar. Pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan sumber daya manusia yang kompeten dan berdaya saing.
- Penciptaan Lapangan Kerja: Pemerintah perlu menciptakan iklim investasi yang kondusif sehingga investor tertarik untuk membuka lapangan kerja di Indonesia. Selain itu, pemerintah juga perlu mendorong pengembangan UMKM yang memiliki potensi besar dalam menyerap tenaga kerja.
- Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat: Pemerintah perlu fokus pada program-program pengentasan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Program-program ini harus tepat sasaran dan berkelanjutan.
- Kepemimpinan yang Amanah: Dibutuhkan pemimpin yang amanah,Visioner, dan peduli terhadap rakyat kecil. Pemimpin yang memiliki integritas dan komitmen untuk membangun bangsa yang lebih baik.
Dengan kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat, diharapkan permasalahan yang memicu munculnya fenomena seperti #KaburAjaDulu dapat diatasi, sehingga generasi muda merasa optimis dan memilih untuk berkontribusi membangun Indonesia yang lebih baik.
Fenomena #KaburAjaDulu adalah tamparan keras bagi pemimpin yang lalai menjalankan amanat Pasal 33 UUD 1945. Kepemimpinan yang amanah harusnya mengutamakan keberpihakan pada rakyat, bukan oligarki. Namun, perubahan tidak bisa menunggu “jasa baik” penguasa. Seperti kata Pramoedya Ananta Toer: “Jangan gaduhkan kerisauan di ruang sendiri. Keluarlah, sampaikan pada dunia.”
Masyarakat dan pemerintah perlu bersinergi. Generasi muda tidak boleh menyerah pada keputusasaan, tetapi juga tidak boleh diam melihat ketidakadilan. Kabur boleh jadi pilihan, tetapi memperjuangkan Indonesia yang lebih adil adalah tugas bersama.
Sebagai generasi muda, kita tidak boleh hanya mengeluh dan berputus asa. Kita harus menjadi agen perubahan yang aktif berkontribusi dalam membangun bangsa. Teruslah belajar, berinovasi, danBerkarya. Jangan lupa untuk selalu berdoa dan memohon pertolongan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Sebagai penutup, mari kita renungkan kata-kata bijak dari Presiden RI pertama, Soekarno: “Gantungkan cita-citamu setinggi langit! Bermimpilah setinggi-tingginya, karena jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang.”
Masalah Indonesia terlalu besar untuk diselesaikan sendiri, tetapi terlalu penting untuk diabaikan. Mari kritik dengan bijak, bertindak dengan solusi, dan bergerak bersama menuju perubahan. Sebab, seperti kata bijak: “Lebih baik menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan.”
Mari kita jadikan fenomena #KaburAjaDulu sebagai momentum untuk bangkit dan berjuang demi masa depan Indonesia yang lebih baik.